Selasa, 21 Februari 2012

Cinta itu Klise :D

“Dar, tahu nggak? Sebenernya kemunafikan itu perlu, karena kejujuran yang sebenernya cuma akan lo temuin di sinetron, novel, atau cerita roman lainnya.” Ucap Vira  selesai Idar menceritakan kisah sedihnya mengenai kekasihnya yang hanya menganggapnya bank berjalan.
    “maksudnya?” Tanya Idar.
    “mm.. lu inget gak film Barbie yang gue suka tonton dan lo cela abis-abisan?” Tanya Vira. Idar terdiam sebentar sambil mengingat-ingat, lalu menggeleng.
    Vira  mengangguk maklum. “lo tahu gak kenapa gue suka film itu?” pertanyaan yang bodoh, sebenarnya. Karena bahkan Idar tidak tahu Film apa yang ia maksud. Idar kembali menggeleng.
    “ada 1 lagu dalam film itu yang gue suka. Liriknya gini
‘sometime what’s real, is something you can’t see’” jawab Vira sambil menyanyikan sepenggal lirik dari lagu dengan judul ‘believe’ tersebut.
    “maksudnya?” Tanya Idar. Tampak sangat bingung dengan ucapan teka-teki yang sejak tadi diucapkan Vira.
    “eh, gue duluan ya. Bus gue udah dateng tuh.”detik berikutnya Vira bangkit sambil menepuk pelan pundak Idar dan bangkit pergi meninggalkannya.

******
‘kupuisikan, rindu dihatiku. Kuharap tiada seorang pun tahu. Biar kusimpan saja. Biar kupendam sudah. Terlarang sudah rinduku padamu.’
Perlahan namun pasti lagu itu selesai juga dinyanyikan. Kali ini Vira tidak bernyanyi untuk para pengunjung di café seperti biasanya. Vira hanya duduk di tepi jendela kamrnya dan memeluk gitar kesayangannya semakin erat. Selanjutnya, ia letakkan gitar itu di sudut ruangan lalu membaringkan tubuhnya dan mulai mencoba untuk memejamkan mata. Tapi nihil!
Jam di kamar menunjukan pukul 22.30
Cukup lama Vira menatap jam itu dan mendengarkan  setiap detaknya. Dan perlahan-lahan, jembatan antara dunia nyata dengan mimpi semakin jelas terbentang.
******
“Gue cuma gak habis fikir sama dia, Vir. Gue cuma minta dia buat jujur .” “padahal lo tahu sendiri kan, gimana sayangnya gue, perhatian gue,semua udah gue kasih sama dia.” Cerita Idar mengalir deras setelah tadi sore ia mendapati kenyataan pahit dari kekasihnya.
     “ gue sayang, Vir. Gue sayang banget sama dia. Tapi kenapa dia harus giniin gue sih? Diduain! Dan dianggap nggak ada!” Pandangannya kosong. “dosa gue segitu banyaknya, ya? Sampe gue dapet karma yang bikin gue sakit banget gini! Vir, lo ngerti perasaan gue, kan?” Tanya lelaki itu pada Vira.
    Vira menoleh ke arah Idar dan mengangguk. Tak perlu kata lain lagi, karena hingga detik berikutnya Idar tetap bungkam. Maka ia memutuskan pula diam, menatap ke arah hampa datang. Entahlah, karena saat ini ada fikiran lain yang menggelitik dan mengganggu fokus Vira. Cukup lama masa diam itu terjadi. Dan tanpa terasa, karena saat ini sudah hampir pukul sembilan.
    “ Dar, Tuhan gak akan kasih cobaan diluar batas kemampuan hambanya. Dan…”
    “ Vir,,,” potong Idar. “lo pernah nggak ngalamin hal seperti yanag saat ini terjadi dengan gue?” tanyanya. Vira mengangguk namun hanya menunduk dan menggeleng lemah.
    “ berarti lo nggak ngerti apa yang gue rasain.” Ucap Idar.”gak usah Vir. Lo gak usah sok mengerti dengan keadaan gue ini. Udah cukup buat saat ini gue dapat kebohongan yang harus gue telan bulat-bulat, dan gak perlu lagi lu tambahin dengan sikap sok ngerti dengan keadaan gue,” tandasnya. Dan, saat itu Vira dapat mengenali emosi di mata sahabatnya itu.
    “ Dar…” Vira mencoba menahan emosinya dan… emosinya sendiri.
    “ udahlah, Vir! Gue gak perlu dikasihani!” tukas Idar tajam.
    “ apa lo pernah ada di posisi gue, yang selalu menjadi pendengar setia buat sahabatnya?” Tanya Vira dengan emosi yang entah sampai kapan bisa ia tahan.
“ oh.. jadi selama ini, lo anggep cuma jadi beban? Fine!”
    “ kali ini dengerin dulu kalo gue ngomong. Gue belom selesai ngomong!” Vira menghentakkan kakinya dan berdiri menghadap Idar. Suaranya kali ini sedikit meninggi, karena jujur saja ia sangat kesal pada Idar. Untungnya, keadaan taman sedang sepi. Jadi, tidak akan ada yang terganggu bila nanti terjadi hal yang tidak diinginkan.
    Idar diam, mungkin karena terkejut atas sikap Vira yang jadi emosional.
    “ apa lo pernah ada di posisi gue? Apa dalam posisi gue saat ini, gue harus bersikap datar dan gak coba buat ngertiin lo?”
    “ justru gue sadar, karena mungkin gue belum pernah ada di posisi lo, gue akan bisa kasih support lebih banyak ke lo!” Ucap Vira panjang lebar.
    “ gue juga heran, kenapa lo bisa segitu gak relanya lo melepas dia.” lanjutnya lirih. Tapi sangat membuatnya menyesal karena detik berikutnya ia menyadari bahwa Idar mendengar ucapan terakhirnya itu.
    “gue… gue sayang sama dia.” jawabnya.
    “gimana dengan gue? Lo anggep apa gue selama ini? Hah!” tantang gadis itu.
    “ Vir…”
    “jawab, Dar!” kali ini Vira mulai tidak sabar.
    “gue sayang sama lo.” Idar menjawab. Tentu dengan ekspresi yang lain dengan ketika ia bilang menyayangi Nia, cewek yang telah melukainya.
    “sayang? Hmp!” Vira hanya tersenyum sinis. “trus apa bedanya dengan dia?” Idar  diam.
    “lu yang belum pernah jatuh cinta apalagi ngejalanin hubungan gak akan ngerti posisi gue saat ini yang serba rumit.” Jawabanya datar. Sekarang Vira yang diam. Jujur saja, gadis itu  sangat kecewa atas jawaban sahabatnya barusan.
    “oh ya?!”
    “Dar, sampai saat ini gue masih ragu, sebenarnya lu anggep gue apa. Gue gak tahu selama ini apa lo ada peduli atau pernah nggak lu coba buat tahu sedikit aja tentang keadaan gue.”
    “lo bener kalo bilang gue belum pernah pacaran. Tapi lo salah 1 hal. lo salah nganggep gue belom pernah jatuh cinta! Lo salah kalo nganggep gue nggak ngerti apa-apa! Gue bukan anak kecil, Dar!” Jelas Vira. Entah mengapa Idar hanya diam. Ada rasa terkejut dan sakit?
    “5 tahun, Dar. Lima tahun gue nunggu! Tapi ternyata dia jauh dari apa yang gue tahu tentang dia saat pertama gue kenal dia!” “walau akhirnya gue cuma bisa diam dan melihat dia dengan cewek yang bahkan udah nyakitin dia! Alasan gue yang utama sebenarnya klise. Tapi jujur, dengan ada di dekat dia, gue udah nyaman. Dan itu lebih dari cukup! Karena kenyamanan itu pertama gue rasa dalam hidup gue.”
Penjelasannya barusan menimbulkan perasaan baru yang aneh bagi Idar. Dan salah satu alasannya adalah, ini kali pertama Idar melihat Vira begitu emosional dengan mata yang siap menumpahkan airnya. Dan sebagai sahabat, Idar  juga merasa tidak berguna karena ia merasa tidak tahu lebih banyak dari yang Vira tunjukkan.
“lu pikir gue orang macem apa? Apa lu pikir gue tega menambah kesedihan orang lain dengen cerita gue yang juga sedih. Atau gue orang jahat yang tega merusak kebahagiaan orang.” Ucap Vira. Satu lagi pukulan telak buat Idar. Mungkin ini salah gue karena gak pernah kasih lu kesempatan buat ngomong lebih tentang lu. Dan, gue nggak ada di saat lu butuh. Sorry. Batin Idar.
Tepat setelah tadi Vira selesai bicara, ringtone di hp-nya berdering. Dan sekarang, ia sedang bicara dengan seseorang. Sementara Idar  masih terpaku pada refleksi bulan di tengah kolam ikan. Entah apa yang harus ia fikirkan dan dilakukannya saat ini.
“Dar, gue pulang duluan ya.” Ucap Vira membuyarkan lamunannya. Rupanya ia sudah selesai menelepon. Ia membalikkan badan dan hendak beranjak, namun berhenti.
“oh ya,, waktu itu lo pernah nanyain tentang bokap-nyokap gue kan?  Sori gue baru bisa jawab sekarang. Mereka udah cerai 6 tahun lalu. Dan nyokap meninggal setahun setelah itu. Sementara bokap, gue hampir gak pernah coba buat tahu tentang dia. Gue duluan.” Jawabnya, semakin membuat dada Idar terasa sesak.
******
“gue harap lo bisa ngertiin posisi gue saat ini.” Jawab gadis itu lirih.
“gue berusaha, Vir selalu. Tapi gue juga sadar gak mungkin menunggu selamanya.” Ucap lelaki itu. “gue juga berharap lo bisa ngertiin posisi gue.”
“kasih gue waktu sebentar lagi. Gue janji gak akan lama.” Jawab gadis itu akhirnya. Lelaki itu mengangguk mengerti.
“thanks, Dit”

******
Saat ini, Idar memutuskan untuk pulang. Dengan langkah berat ia mencoba untuk berjalan menuju gerbang depan taman ini, dimana motornya terparkir. Suasana taman sudah semakin nyaris seperti kuburan jika tidak ada lampu disekitar sini. Sampai saat ini lelaki itu masih memikirkan ucapan Vira tentang kedua orang tuanya tadi. Susunan kalimat yang seolah menyatakan perpisahan.
Sesampainya di gerbang depan, langkahnya terhenti. Reflex, Idar menyembunyikan tubuhnya pada sebuah batang pohon yang cukup besar. Bukan hal yang menyedihkan, sebenarnya. Tapi detik berikutnya hp-ku menderingkan ringtone dengan lagu “Believe”. Dan air matanya pun  meleleh tanpa bisa dicegah.
Disana berdiri sesosok yang sejak tadi dan hingga kini berhasil membuat dadanya sesak oleh perasaan asing yang aneh. Melihatnya dalam pelukan seseorang yang telah dengan jelas ia kenal. Adit. Kini Idar mengerti arti kalimat itu. “sometime what’s real, is something you can’t see.” Ucapnya lirih. Selama ini cinta yang nyata itu sama sekali nggak terlihat. JeTaime, Vir. Sorry….





*note : naskah aslinya aku post di pesbuk ;D

Páginas

Blogroll

Blogger templates

Blogger news